1. Konsep Penyesuaian Diri
Penyesuaian dapat diartikan atau dideskripsikan
sebagai adaptasi dapat mempertahankan eksistensinya dan memperoleh
kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah serta dapat mengadakan relasi yang
memuaskan dengan tuntutan sosial. Penyesuaian sebagai penguasaan, yaitu
memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respons-respons
sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan
frustrasi-frustrasi secara efisien, Penyesuaian sebagai kematangan emosional
yang maksudnya secara positif memiliki responss emosional yang tepat pada
setiap situasi. Disimpulkan bahwa penyesuaian adalah usaha manusia untuk
mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungannya.
z* Proses penyesuaian
Penyesuaian yang terjadi jika manusia/individu selalu
dalam keadaan seimbang antara dirnya dengan lingkungannya dimana tidak ada lagi
kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan dimana semua fungsi organisme/individu
berjalan normal. penyesuaian yang sempurna itu tidak pernah dapat dicapai.
Karena itu penyesuaian diri lebih bersifat sutau proses sepanjang hayat (lifelong
process), dan tantangan hidup guna mencapai pribadi yang sehat. Respons
penyesuaian dapat dipandang sebagai sutau upaya individu untuk mereduksi atau
menjauhi ketegangan dan untuk memelihara kondisi-kondisi keseimbangan sutau
proses kearah hubungan yang harmonis antara tuntutan internal dan tuntutan
eksternal. Individu dikatakan berhasil
dalam melakukan penyesuaian diri apabila ia dapat memenuhi kebutuhannya dengan
cara-cara yang wajar atau apabila dapat diterima oleh lingkungan tanpa
merugikan atau mengganggu lingkungannya.
z*Karakteristik Penyesuaian Diri
- Penyesuaian Diri secara Positif :Individu yang tergolong mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai hal-hal sebagai berikut :
- Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional,
- Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis,
- Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi,
- Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri,
- Mampu dalam belajar,
- Menghargai pengalaman,
- Bersikap realistik dan objektif
Melakukan penyesuaian diri secara
positif, individu akan melakukan dalam berbagai bentuk, antara lain:
1. Penyesuaian
dengan menghadapi masalah secara langsung,
2. Penyesuaian
dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan),
3. Penyesuaian
dengan trial and error atau coba-coba,
4. Penyesuaian
dengan substansi (mencari pengganti),
5. Penyesuaian
diri dengan menggali kemampuan diri,
6. Penyesuaian
dengan belajar,
7. Penyesuaian
dengan inhibis dan pengendalian diri,
8.
Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat
B. Penyesuaian Diri yang negarif
Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian yang negatif
, yaitu:
- Reaksi Bertahan
Individu berusaha untuk mempertahankan dirinya,
seolah-olah tidak menghadapi kegagalan, ia selalu berusaha untuk menunjukkan
bahwa dirinya tidak mengalami kegagalan. Bentuk khusus reaksi ini antara lain:
- Rasionalisasi,
- Represi,
- Proyeksi,
- Reaksi menyerang
Reaksi-reaksinya tampak dalam tingkah laku:
- Selalu membenarkan diri sendiri,
- Mau berkuasa dalam setiap situasi,
- Bersikap senang mengganggu orang lain,
- Menggertak baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan,
- Menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka,
- Menunjukkan sikap menyerang dan merusak,
- Keras kepala dalam perbuatannya,
- Bersikap balas dendam,
- Memperkosa hak orang lain,
- Tindakan yang serampangan,
- Marah secara sadis.
- Reaksi Melarikan Diri
Reaksi ini orang yang mempunyai penyesuaian diri yang
salah akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalan, reaksinya
tampak dalam tingkah laku sebagai berikut : berfantasi yaitu memuaskan
keinginan yang tidak tercapai dalam bentuk angan-angan (seolah-olah sudah
tercapai), banyak tidur, minum-minuman keras, bunuh diri, menjadi pecandu
ganja, narkotika dan regresi, yaitu kembali kepada tingkah laku yang semodel
dengan tingkat perkembangan yang lebih awal (misal orang dewasa yang bersikap
dan berwatak seperti anak kecil).
2. Menjelaskan beberapa konsep
yang berkaitan dengan pertumbuhan personal :
z*Penekanan pertumbuhan
Pertumbuhan adalah proses yang mencakup pertambahan
dalam jumlah dan ukuran, keluasan dan kedalaman. Prof. Gessel mengatakan, bahwa
pertumbuhan pribadi manusia adalah proses yang terus-menerus. Semua pertumbuhan
terjadi berdasarkan pertumbuhan yang terjadi sebelumnya. Carl Rogera (1961)
menyebutkan 3 aspek yang memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu
hubungan : Keikhlasan kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau
menyadari kenyataan. Menghormati keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali. Pertumbuhan dapat juga
diartikansebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau
keadaanjasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif
secaraberkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan
kuantitatifyang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
z *Variasi
dalam pertumbuhan
Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya sehingga adanya karakterristik penyesuaian diri sebagai upaya mereduksi rintangan tersebut (dapat dilihat di ulasan sebelumnya)
Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya sehingga adanya karakterristik penyesuaian diri sebagai upaya mereduksi rintangan tersebut (dapat dilihat di ulasan sebelumnya)
z*Kondisi-kondisi untuk bertumbuh
Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan struktur fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian. Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya
Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan struktur fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian. Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya
Referensi
Basuki,Heru.(2008).Psikologi
Umum.Jakarta:Universitas Gunadarma
Prof
Dr.H.Baharudin.M.Pd.I.(2009).pendidikan dan psikologi pertumbuhan.yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar