Minggu, 09 Juni 2013

cinta & perkawinan (tulisan3)


Menurut Sternberg, cinta adalah sebuah kisah,  kisah yang ditulis oleh setiap orang. Kisah tersebut merefleksikan kepribadian, minat dan perasaan seseorang terhadap suatu hubungan. Sternberg terkenal dengan teorinya tentang segitiga cinta. Segitiga cinta itu mengandung komponen: (1) keintiman (intimacy), (2) gairah (passion) dan (3) komitmen, menurutnya setiap komponen itu pada setiap orang berbeda derajatnya. Ada yang hanya tinggi di gairah, tapi rendah pada komitmen, Sedangkan cinta yang ideal adalah apabila ketiga komponen itu berada dalam proporsi yang sesuai pada suatu waktu tertentu. Misalnya pada tahap awal hubungan, yang paling besar adalah komponen keintiman. Setelah keintiman berlanjut pada gairah yang lebih besar, (dalam beberapa budaya) disertai dengan komitmen yang lebih besar. Misalnya melalui perkawinan.
Tinjauan Psikologi Sosial tentang hubungan cinta dan Komitmen dalam Perkawinan
Baron dan byrne (2004) mendefinisikan cinta sebagai sebuah kombinasi emosi,kognisi,dan perilaku yang ada dalam sebuah hubungan intim.kajian psikologi tenetang fenomena cinta dapat dibahas melalui kajian psikologi social,khususnya dalam bidang-bidang kajian psikologi social yang terkait dengan hubungan interpersonal.psikologi hubungan interpersonal adalah bagian psikologi social yang mempelajari tenteng aspek-aspek perilaku dan kejiwaan yang terkait dengan fenomena hubungan antara dua pribadi.
Kehidupan perkawinan           
      Pembahasan tentang kehidupan perkawinan dimulai dengan pembahasan tentang kehidupan dewasa muda sebagai masa kehidupan yang sedang dijalani oleh kebanyakan calon pasangan suami-istri. Masa dewasa muda adalah masa bagi kehidupan seseorang yang berusia antara 20 – 40 tahun. Pada masa ini, keadaan fisik berada pada kondisi puncak dan kemudian menurun secara perlahan. Dalam sisi perkembangan psikososial, terjadi proses pemantapan kepribadian dan gaya hidup serta merupakan saat membuat keputusan tentang hubungan yang intim. Pada saat ini, kebanyakan orang menikah dan menjadi orang tua (Papalia, Olds, & Feldman, 2001; Santrok, 2002)                   
      Cinta merupakan kekuatan yang mampu menarik dua orang dalam satu ikatan yang tidak terpisahkan, yang dinamakan perkawinan. Dengan kata lain, perkawinan akan kuat ketika dilandasi oleh cinta. Hatfield (dalam Lubis, 2002) menyatakan bahwa ada dua macam cinta diantara pasangan dalam perkawinan, yaitu passionate love dan companiate love. Pada masa pacaran dan di awal perkawinan, biasanya yang dominan adalah passionate love yang menggebu-gebu dan diwarnai oleh sikap posesif terhadap pasangan, sedangkan companiate love berkembang secara perlahan-lahan dan ada pada perkawinan yang bahagia dimana masing-masing pihak merasa pasangannya adalah teman yang sangat dibutuhkan keberadaannya, baik secara fisik maupun secara psikologis, untuk saling mengisi dalam kehidupan bersama

® berdasarkan banyak penelitian di dunia barat (myers,2002),terdapat beberapa factor yang perlu di perhatikan agar cinta tetap ada dalam perkawinan dan perkawinan tetap lestari.
1.       Orang menikah dalam usia yang matang untuk hidup dalam hubungan suami dan istri
2.       Orang mengalami tumbuh kembang di bawah pengasuhan orang tua yang lengkap
3.       Hubungan yang cukup lama sebelum perkawinan.hal ini adanya pengenalan yang mendalam terhadap karakteristik masing-masing pihak.
4.       Orang memiliki pendidikan yang baik.pendidikan yang baik juga dapat membantu pasangan memecahkan masalah perkawianan secara lebih rasional.
5.       memiliki penghasial yang cukup.faktor ekonomi perlu diperhatiakan agar perkawinan tidak memperoleh masalah ekonomi yang signifikan.
6.       Orang tinggal dalam kota kecil.di kota kecil terdapat norma-norma yang secara ketat mengatur kehidupan perkawinan.
7.       Orang tidak hidup bersama atau hamil belum menikah
8.       Orang memiliki komitmen religus diantara kedua belah pihak. Pendidikan, keyakinan, dan usia yang seimbang. keseimbangan dalam pendidikan,keyakinan,dan usia(laki-laki minimal lebih tua 5 tahun dari perempuan).
 Referensi : Waite, L.J. & Gallagher, M. (2003). Selamat menempuh hidup baru: Manfaat perkawinan dari segi kesehatan, psikologi, seksual, dan keuangan. Diterjemahkan oleh: Eva Yulia Nukman. Bandung: Mizan Media Utama.
Papalia; Olds & Feldman. (1998). Human development (7th ed.). Boston: McGraw Hill

Artikel dan tanggapannya
SAYA SALAH MEMILIH PASANGAN HIDUP, APA YANG HARUS SAYA LAKUKAN ?
Buat “Sinta” sejati, wanita mulia yang pernah kukenal…..
Apabila seseorang salah memilih pasangan hidup bisa mendatangkan persoalan yang berkepanjangan. Hal ini tentu menjadi peringatan bagi orang-orang muda dalam memutuskan dengan siapa dia akan menikah. Akan tetapi bagi yang sudah terlanjur menikah dan menghadapi persoalan, apa yang bisa dilakukan ?
Mari kita merenungkan kisah sejati yang dialami oleh seseorang yang kita sebut saja namanya Sinta. Sinta menikah dengan Adi kira-kira 15 tahun yang lalu. Sebelum menikah mereka telah berpacaran selama beberapa tahun. Jadi pernikahan mereka sebenarnya tidak berasal dari hubungan yang pendek. Akan tetapi ternyata pernikahan mereka tidak berjalan dengan manis. Sinta harus menanggung penderitaan yang cukup berat selama pernikahan itu.
Dimulai dari kejadian di awal pernikahan mereka. Sebagai tenaga medis, mereka melaksanakan wajib kerja di daerah. Akan tetapi sekalipun keduanya sama-sama bekerja dan mendapat gaji, sejak awal pernikahan mereka, Adi tidak pernah memberikan gajinya kepada Sinta. Sinta harus memakai gajinya untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Setiap kali disinggung masalah gaji, Adi akan meresponi dengan suara keras dan marah.
Ketika mereka memiliki anak, Sikap Adi tetap tidak berubah. Sinta harus menanggung semua sendirian.

Dalam tanggung jawab sehari-hari di rumah, Adi juga sama sekali tidak membantu. Sinta yang harus membersihkan rumah, mencuci baju, dan mengurus segala hal yang berkaita dengan rumah. Setiap pulag kerja, Adi akan menghabiskan waktu di depan televisi.
Selain itu Adi juga menghabiskan waktunya dengan teman-temannya di kota. Biasanya dia pergi ke diskotik.

Sinta sangat tertekan dengan hal itu. Namun dia tidak bisa membicarakannya, sebab ujung-ujugnya akan terjadi keributan. Akibat dari tekanan yang hebat itu, Sinta menjadi frigid. Bahkan kadang-kadang dia merasakan sakit ketika melakukan hubungan suami isteri.
Pada masa tugas di daerah selesai, mereka pulang ke kota Adi, dan tiggal di rumah orang tua Adi. Sinta berharap Adi akan segera mencari kerja dan akan bertanggung jawab untuk hidup kelaurganya. Sinta berharap Adi malu kepada orang tuanya. Namun ternyata Adi tidak berubah, malah Adi tidak segera mencari kerja. Alhasil, Sinta tetap harus berjuang untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Dan kegiatan Adi juga tidak berubah dari kebiasaan yang sebelumnya. Di depan TV dan dolan. Dan kalau ada yang tidak sesuai dengan hatinya akan marah-marah.
Sinta semakin tertekan. Komunikasinya dengan Adi semakin memburuk. Dan hubungan suami isteri yang dialakukannya semakin menyiksanya.
Ketika kebutuhan mereka makin membesar, Sinta merasa lebih baik membangun usaha sendiri. Dan inipun dengan harapan juga supaya Adi membantu. Memang di awal-awal Adi membantu. Dan karena Adi memang pintar, bantuannya sangat berarti, sehingga usaha mereka bisa berjalan dengan baik.
Namun bantuan Adi tidak berjalan lama, karena Adi kembali kepada kebiasaan lamanya. Dan Sinta kembali dengan penderitaannya.

Sebenarnya Sinta merasa putus asa dengan hidup rumah tangganya. Dan kadang-kadang terlintas bagaimana kalau ia bercerai ? Tapi segera pula terpikir kedua anaknya. Sinta cepat2 membuang pikiran itu.
PENCERAHAN HIDUP
Satu peristiwa yang menolong Sinta adalah ketika dia bertemu kembali dengan pembimbing rohaninya ketika mahasiswa. Sinta mendapat tempat mencurahkan segala kesusahannya. Dengan berbagi Sinta bisa membuang sampah-sampah yang telah menumpuk sekian lama dalam hidupnya. Hal itu setidaknya memberinya sedikit kelegaan.

Dulu pembimbingnya memang pernah mengingatkan dia, bahwa hubungan dengan Adi itu bisa mengalami masalah. Pembimbingnya menunjukkan beberapa hal sifat Adi. Namun karena dia tidak melihat apa yang ditunjukkan itu sebagai sesuatu yang serius, maka dia tetap memutuskan menikah dengan Adi. Memang pada waktu itu dia tidak melihat apa yang ditunjukkan pembimbingnya itu dalam hidup Adi. Namun setelah dia menjalani hidup berumah tangga, apa yang dikatakan pembimbingnya itu benar.
Sinta bersyukur, pembimbingnya tidak menyalahkannya, malah menyediakan diri untuk menolongnya menjalani hidup rumah tangganya yang sulit.
Dengan bisa membagikan apa yang ditanggungnya Sinta mulai mengalami kelegaan. Bahkan oleh pertolongan pembimbingnya, dia bisa membangun sikap untuk mengasihi Adi. Dan perubahan yang dialaminya adalah tidak frigid lagi, bahkan gairahnya mulai tumbuh. Dan sekali dua kali dia yang berinisiatif untuk mengajak berhubungan.
GONCANGAN DAHSYAT DAN PENGENALAN KEHIDUPAN
Akan tetapi suatu hari terjadilah peristiwa yang sangat memilukan. Adi selingkuh dengan seorang wanita yang menjadin pelanggan usaha mereka. Adi mengakui itu setelah Sinta mendesaknya, karena sebelumnya Sinta melihat ada gelagat yang tidak baik pada diri suaminya.
Betapa hancurnya hati Sinta. Justru ketika dia mulai bisa mengasihi Adi kembali, dirinya merasa seperti dicampakkan.
Sinta merasa tidak mungki lagi meneruskan pernikahannya. Semuanya sudah hancur berantakan.
Dalam situasi putus asa, Sinta membawa hidupnya sepenuhnya kepada Tuhan. Bersama dengan pembimbingnya dia belajar lebih dalam mengenal Tuhannya dan belajar mengalami kasihNya. Dan itu ternyata membawa perubahan yang besar dalam hidupnya sendiri dan kemudian membawa perubahan sikap kepada suaminya.

Apa saja yang Sinta temukan ?
Ia menyadari bahwa Tuhan mengasihi dia dan berdaulat atas hidupnya
Satu hal yang sebenarnya telah Sinta ketahui namun tidak dia alami dengan sungguh-sungguh, adalah fakta bahwa Tuhan sungguh mengasihinya. Sinta mengalami betapa Tuhan sangat mengasihi dia. Bukan sekedar mempercayaia ajaran bahwa Tuhan mengasihi, akan tetapi mengalami bahwa Tuhan mengasihi. Pengalaman dikasihi Tuhan ini membahagiakan Sinta.
Sinta menyadari bahwa hidupnya berdosa , akan tetapi sekalipu begitu Tuhan mengasihi dia ketika dia masih berdosa, bukan ketika dia telah baik. Pengalaman ini mengubah juga pandangannya kepada Adi. Kalau dia sendiri begitu berdosa, namun dikasihi Tuhan, bagaimana ia bisa marah dan membenci Adi ? Bukankah dosanya kepada Tuhan , jauh lebih besar dari kesalahan Adi kepadanya ?

Selain itu Sinta juga belajar bahwa Tuhan yang mengasihi dia adalah Tuhan yang bedaulat atas hidupnya , dan karena itu Ia tidak akan membiarkan setiap kejadian yang dialaminya, betapapun buruknya, terjadi tanpa memberikan kebaikan kepadanya. Benar orang telah melukainya. Namun Tuhan melibatkan diri sehingga hal buruk yang dilakukan orang telah menjadi kebaikannya bagi dirinya.
Karena itu Sinta mulai belajar melihat apa yang Tuhan lakukan melalaui setiap peristiwa buruk yang boleh dialaminya.
Salah satu hal yang pasti , kejadian-kejadian buruk itu telah menariknya kepada Tuhan dan membuatnya mengalami kasih Tuhan. Karena itu Sinta bersyukur.

Menjadi isteri sebenarnya
Setelah Sinta belajar mengalami kasih Tuhan, bahwa sebagai isteri dia tidak boleh hanya bersikap menikmati kesenangan ketika suaminya baik. Sinta disadarkan dulu ketika dia menikah , dia telah berjanji akan menjadi isteri Adi dalam suka maupun duka, dan dalam sehat maupun sakit. Dan sekarang dia sedang menjalani masa duka itu. Karena itu tidak sepantasnya dia lari.
Sinta memutuskan untuk belajar melaksanakan apa yang telah ia janjikan dalam pernikahan. Sekalipun dulu ia berjanji dengan gambaran suaminya adalah orang yang hebat dan ternyata ia salah. Namun ia tidak ingin melakukan kesalahan yang ke dua dengan lari dari akibat kesalahan pertama.
Isteri sejati adalah isteri yang siap menjalani segala keadaan.

Menjadi isteri yang bertumbuh dan isteri “penyembuh “
Ketika Sinta belajar lebih lanjut tentang hidupnya setelah mengalami kasih Tuhan, Sinta menyadari bahwa persoalan yang terjadi antara dia dengan Adi, sebagian juga berasal dari persoalan dirinya. Sinta menyadari bahwa ketika dia menikah dia memiliki mimpi bagaiaman seorang suami memenuhi kewajiban2nya. Dan gambaran itu dia bawa dari keluarganya. Dia memiliki ayah yang lemah dan ibu yang dominan. Karena itu dia ingin suaminya adalah seorang yang memimpin dan menyelesaikan semua kebutuhan keluarga.
Sementara Adi berasal dari keluarga kaya dan ayah yang biasa memerintah serta teriak2. Jadi Adi tidak terbiasa bekerja dan terbiasa mendengar teriakan, serta tidak mengalami relasi emosi yang sehat.

Apa yang Sinta temukan mendorong Sinta sekarang untuk menjalani hidup bersama Adi dengan fokus untuk bertumbuh menjadi orang yang dewasa. Dia bertekad kejadian-kejadian yang dialami aka dia pakai untuk mengubah dirinya, bukannya membuatnya pahit.
Selain itu , karena Sinta menyadari Adi menjadi demikian karena persoalan masa lalunya, maka dia akan berjuang untuk menemani Adi berubah. Hal itu dimulai dengan menerima Adi apa adanya dan bersedia “menderita” dengan keadaan Adi yang belum berubah.

Peristiwa perselingkuhan Adi dipakainya sebagai titik untuk berbicara dengan Adi tentang kondisi hidup mereka dan Sinta mengajak Adi juga untuk sama-sama bertumbuh. Perjalanan itu tidak mudah, namun Sinta bertekad untuk berjuang bagi suaminnya.
Mengubah bubur menjadi bubur yang enak
Nasi telah menjadi bubur. Bubur tidak bisa diubah menjadi nasi .Demikianlah hubungan Sinta dan Adi. Namun seiring kesadaran dalam diri Sinta, Sinta ingin mengubah bubur itu menjadi bubur yang enak. Mungkin bubur menado atau bubur ayam yang “maknyus”.
Tentu membutuhkan kesediaan berkorban dan berjuang. Untuk itu Sinta tekun membaca buku-buku tentang rumah tangga dan buku-buku psikologi. Dan itu membuat Sinta makin dewasa dan makin bisa menempatkan diri sebagai isteri sejati dan penyembuh.

UJIAN
Perjuangan Sinta membuahkan hidup damai sejahtera dan sukacita dalam diri Sinta. Hal ini bukan karena Adi telah berubah, tetapi karena Sinta telah berubah.

Sinta harus mengalami ujian dahsyat untuk kemajuan-kemajuan yang ia alami itu. Ternyata setelah beberapa bulan dari peristiwa terbongkarnya perselingkuhan itu, suaminya selingkuh lagi dengan wanita yang sama. Dan wanita itu mengaku hamil sambil membawa bukti cek laboratorium. Bahkan wanita tersebut mengatakan ingin bertemu dengan Sinta.
Tentu berita itu sangat memukul Sinta. Namun Sinta belajar untuk menyikapi dengan tenang. Bagaimanapun dia menyadari, suaminya belum mengalami pencerahan, sehingga masih sangat mungkin jatuh lagi. Sekalipun jatuhnya kali ini lebih parah akibatnya.

Sinta memenuhi keinginan wanita tersebut untuk bertemu. Ketika bertemu wanita tersebut mengatakan bahwa dia telah hamil karena hubungan dengan suaminya. Karena itu dia minta supaya Sinta mengijinkan suaminya menikahinya.
Sinta menyadari, kalau bukan Tuhan yang menyertainya, dia pasti pukul atau memaki wanita tersebut. Akan tetapi Sinta sangat merasakan pertolongan Tuhan,karena dia kemudian bisa menjawab dengan tenang dan memberitahu bahwa apa yang diminta itu tidak mungkin dipenuhinya. Sinta malah memberitahu dia bahwa yang dilakukan dengann suaminya dan salah, dan karenanya tidak boleh diteruskan, termasuk dalam bentuk pernikahan.
Wanita tersebut pergi dengan marah, namun Sinta menghadapi dengan relatif tenang.

Sejak saat itu wanita tersebut tidak pernah datang lagi, dan tidak tahu apakah benar-benar hamil atau tidak. Suaminya belum mengalami banyak perubahan, namun dari hari ke hari Sinta semakin bertumbuh dan semakin mengasihi suaminya. Dan kasihnya diwujudkan dengan kesediaan menemani, melayani, dan berpengharapan bahwa suaminya akan berubah.

Bagaimana memilih pasangan
Memilih pasangan tidaklah mudah, bila kita salah memilih pasangan maka penyesalan seumur hidup akan terjadi. Untuk memilih pasangan janganlah terburu-buru, kita harus cukup selektif memilahnya contohnya sesuai dengan ajaran agama masing-masing, apakah pasangan kita dapat menjadi ibu/ayah untuk anak kita, apakah dia bisa menjadi istri / suami untuk kita, dapatkah kita melalui masalah bersama tanpa adanya perpisahan.
Dilihat dari kasus sinta, sepertinya dia dan adi belum cukup mengenal satu sama lain sebab bisa dilihat kebiasaan adi yang buruk tidak sinta sadari. Sinta dan adi berpacaran tidak lama sehingga memutuskan untuk menikah, dari kehidupan pernikahanlah akhirnya terlihat sifat & sikap adi yang sebenarnya. Seharusnya kita memilih pasangan yang benar-benar kita yakini bisa dan mampu sama-sama hidup bersama selamanya, mampu dan bisa disini maksudnya mampun untuk meneghadapi masalah bersama dan bisa maksudnya, bisa untuk menemukan solusi/pemecahan masalah yang terjadi secara bersama-sama. Jadi kita dapat memilih pasangan yang mampu dan bisa kita percayakan untuk tidak adanya kata perpisahan/perceraian diantara kehidupan meraka bersama.

Seluk-beluk hubungan dalam perkawinan
Bila kita sudah mendapatkan pilihan pasangan kita maka hal yang perlu dijaga ialah hubunbgan dalam perkawinan, tidaklah mudah untuk menjaga keharmonisan dalam suatu hubungan perkawinan, perkawinan dengan usia yang terbilang cukup lama denbgan usia perkawian seumur jagung tidak ada yang tidak mungkin untuk mengalami masalah yang berujung perceraian.
Ditinjau dari kasus sinta dengan adi, pertama-tama dapat dilihat dari sisi sinta terlebih dahulu, dari awal pernikahan sinta harus mengeluarkan semua uang gajinya untuk mencukupi kebutuhan mereka berdua, tidak pernah adi sekalipun memberikan sebagian dari gajinya untuk keperluan hidup mereka dan ketika sinta disinggung tentang gaji maka adi akan langsung marah, sinta tidak bisa mengkomunikasikan semua itu karena akan membuat marah adi, hal itu terus berlanjut ketika mreka memiliki anak adi tidak memberikan nafkah, sampai akhirnya adi selingkuh
Istri dan suami mempunyai peran penting untuk menjaga kehidupan pernikahannya salah satunya ialah  dapat mengkontrol menjaga komunikasi, bila adi marah ketika sinta menjinggung masalah gaji maka sinta dapat mendiskusikannya dengan melihat kondisi hati adi bukan dengan cara menjinggungnya, banyak cara komunikasi yng dapat dilakukan dalam rumah tangga dan pandai-pandainya kita untuk melihat kondisi pasangan kita untuk diajak berdiskusi dan tentunya cara penyampain di dalam mendiskusikan juga harus tepat akan aspirasi/hal2 yang ingin disampaikan dapat tersampaikan jelas oleh psangan sehingga tidak menimbulkan perbedaan tanggapan oleh pasangan.
Dari sisi adi dapat dilihat bahwa dia kurang dipahami oleh istrinya maka dia merasa bahwa hanya dia yang berpengaryh besar dalam kehidupannya, bila sinta dapat mengkomunikasikan semuanya tentu itu pun dfapat merangkul hati adi walaupun butuh proses, disini ditekankan jangan ada kata menjerah untuk saling menjga sati sama lain, bila suami lengah maka istri yang menjaga begitupun sebaliknya.
Untunglah ada seseorang yang dapat mencerahkan sinta untuk membantu mereka yaitu guru spiritual sinta, diperlukan orang ketiga/mediasi untuk memecahkan masalah.

Penyesuaian dan pertumbuhan dalam perkawinan
Tentu akan adanya transisi atau tepatnya penyesuaian dala perkawinan yang berperan penting dalam proses pertumbuhan perkawinan itu sendiri. Penyesuaian yang asalnya kita singel harus melayani suami/ hidup bersama orang yang kita pilih, yang awalanya kita dapat bergi kemanapun tanpa ada yang melarang namun ketika menikah kita harus membicarakannya oleh pasanga hidup. Tidak semua penyesuaian dapat beejalan dengan lancar. Dari setiap penyesuaian itu timbullah proses pertumbuhan.
Walapun terlambatnya peyesuain dalam kasus sinta namun tampaknya lambat laun merka dapat melakukan penyesuaian  dan walapun pun pertumbuhan pernikahan mereka cukup sulit namun karena kemampuan sinta untuk mempertahankan pernikahn dapat menyadarkan adi untuk saling menjga hubungan itu.
Dampak dari terhambatnya penyesuain dan pertumbuhan seperti; adi tidak mau untuk menafkahi kehidupan mereka, adi masih merasa keuangannya hanya untuk dirinya sendiri t=seperti sebelum menikah jadi dia tidak memberinya untuk sinta. Sementara sinta terhambat penyesuaiannya karena dia tidak dapat megkomunikasikan semuanya kepada adi.

Perceraian dan pernikahan kembali
Artikel:
Suatu hari saya kedatangan seorang wanita cantik berusia 30 tahun. Ia hadir bersama pasangannya untuk mengkonsultasikan persiapan pernikahan mereka. Lena (bukan nama sebenarnya) adalah seorang janda sekaligus ibu bekerja dengan satu anak. Pekerjaannya sebagai salah seorang staf marketing di bidang periklanan terkesan kuat pada diri Lena yang ramah dan energik.
“Ketika pernikahan pertama gagal, tentunya banyak yang dapat dipelajari dari pengalaman tersebut” ujar Lena di awal sesi konseling kami. Lalu ia melanjutkan: 
“Saya menyadari bahwa pernikahan saya sebelumnya penuh konflik karena saya dan mantan suami tidak mampu mengkomunikasikan keinginan masing-masing. Mungkin waktu pacaran kami kurang membahas hal-hal penting. Alhasil tiga tahun pertama penuh cekcok sampai saya memutuskan pergi dari rumah dan bercerai. Saya sekarang lebih siap dengan pernikahan kali ini karena saya dan Doddy sudah buka-bukaan sampai hal yang sensitif”.
Sementara pasangan Lena, Doddy (bukan nama sebenarnya), mengangguk-angguk memberikan penegasan terhadap ucapan Lena. Doddy pun pernah menikah sebelumnya.  Pria yang berprofesi sebagai akuntan di salah satu perusahaan perbankan asing ini juga telah yakin bahwa Lena adalah         sosok calon isteri yang tepat baginya. 
“Pekerjaan saya tidak dimengerti oleh mantan isteri saya. Namanya juga kerja di bidang keuangan pasti sering lembur dan harus pergi ke kantor cabang untuk melakukan audit. Isteri saya yang dulu sering marah dan menuduh saya sebagai suami egois. Selain itu, saya tidak sepakat dengan cara isteri saya mengelola keuangan. Dia boros sekali. Lena berbeda. Dia bisa memahami kesibukan saya. Pola pacaran kami sekarang lebih santai. Kalau bisa ketemu ya kita makan malam bareng, kalau masing-masing sibuk ya sudah kita atur lagi. Masalah pengelolaan keuangan juga sudah kami sepakati”.
setiap pasangan yang akan menikah kembali memiliki harapan besar untuk bisa membangun kehidupan rumah tangga yang lebih baik. Masing-masing telah berproses untuk melihat kelemahan dari relasi yang mereka bangun dengan pasangan sebelumnya. Berbekal pengetahuan ini, mereka pun cukup yakin bisa menjalani rumah tangga keduanya secara lebih “benar”. 
Sayangnya, pengalaman dari pernikahan pertama saja belum cukup untuk membantu para pasangan untuk menuai keberhasilan di pernikahan mereka yang kedua. Masih ada beberapa hal lain yang perlu diperhatikan.

Tanggapan:
Pernikahan kedua bisa membuat orang tua merasa lebih tenang karena memiliki pasangan hidup sebagai tempat berdiskusi mengenai berbagai hal, Hal ini tentu berpengaruh terhadap tingkat stress orang tua. Bagi anak, adanya orangtua tiri dapat menyediakan dukungan emosional dalam perkembangan psikologis, yang sebelumnya mungkin dirasa kurang memadai karena proses perceraian orang tua kandung.                                                                                                                          Keberadaan figur ayah maupun ibu yang baru bisa memperbaiki peran-peran yang mungkin tadinya tidak bisa dikuasai seluruhnya oleh orang tua tunggal. pernikahan kedua mengandung tantangan yang bahkan lebih besar dari pernikahan pertama. Walaupun masing-masing pihak akan berusaha keras untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama dari pernikahan yang sebelumnya, tetap saja, penggabungan dua keluarga menjadi satu bukanlah hal yang mudah.

Artikel:
SINGEL LIFE
       Sebutlah namaya susi (bukan nama sebenarnya) dia menikah di usia muda yakni 14 tahun, susi menikah dengan laki-laki yang usianya 30 tahun, mereka menikah karena kecelakaan, susi hamil diluar penikahan maka mereka menikah karena terpaksa dan sebelumnya mereka bukanlah pasangan kekasih.Pernikahan baru berjalan 6 bulan namun keduanya sudah tidak sanggup untuk melanjutkan pernikahannya. Susi yang pada saat itu sekolah kelas 2 SMP harus terpaksa berhenti sekolah karena pihak sekolah telah mengetahui semuanya, namun walapun begitu susi tidak menggugurkan kehamilannya, 6bulan telah mereka lalu dengan kebosanan dan pada akhirnya mereka memutuskan untuk bercerai tetapi orangtua dari pihak suaminya menolak rencana perceraian itu, sebelumnya ketika susi sekolah dasar dia telah ditinggal meninggal oleh kedua oranguanya, dengan begitu dia tidak bisa berdiskusi dengan siapapun dan susi pun merupakan anak tunggal. Dimulailah perselingkuhan, sang suami selingkung dengan wanita yang seusianya dan begitu pun susi yang selingkuh dengan lelaki yang berusia remaja. Susi dan suami saling mengetahui bahwa meraka sama-sama selingkuh namun tak mengatakan kepada siapapun, pada akhirnya ibunya sang suami mengetahui semuanya dan menyuruh anaknya untuk segera bercerai. Ketika sudah bercerai susi harus mengurusi anaknya yang baru lahir yang dibantu oleh tetangga, tidak jarang susi sering jarang pulang rumah karena senang bermain dengan teman-temannya dan yang mengurus anaknya adalah tetangga yang sudah dia anggap sebagai saudaranya sendiri. Susi mencari pekerjaan dan sangat sulit menemukannya karena dia hanya bermodal ijazah SD, setelah menemukan pekerjaan dia harus berjuang keras menabung untuk membeli kebutuhan hidup anaknya. Disaat oranglain yang seusia remaja harusnya mengalami masa-masa bermain atau bersosialisasi dengan lingkungannya namun susi harus berjuang menafkahi dan mengurusi anaknya, sementara mantan tidak pernah terlihat lagi karena sudah pindah ke lain kota
(sumber yaitu subjek dari kota Sukabumi)

Tanggapan:
Singel parent atau singel life tidaklah mudah ditijau dari segi membesarkan anak atau ditinggal meninggal oleh pasangan. Susi harus membesarkan anaknya sendirian namun apapun yang terjadi dan apa pun yang akan terjadi membuatnbya lebih waspada untuk memulai aktifitas kehidupnnya serta yang terpenting ialah untuk tidak salah memilih lagi. susi tidak terpikir apa yang dia perbuat dapat mengacaukan segalanya dari sekolah, kehidupan remajanya. Tidak ada orangtua untuk mendiskusiakannya membuatnya cemas dan frustasi. Semua manusia pasti pernah melakukan dosa sekalipun dia menyadari apa yang dia lakukan adalah dosa namun apakah kita dapat mengambil hikmah dari semuanya untuk dijadikan pengalaman agar tidak terjadi lagi dimasa yang akan datang?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar