pengertian coping Stress
Menurut Lazarus & Folkman (1986) mendefinisikan coping sebagai segala usaha untuk mengurangi stres, yang merupakan proses pengaturan atau tuntutan (eksternal maupun internal) yang dinilai sebagai beban yang melampaui kemampuan seseorang.
Menurut Sarafino (2006) menambahkan bahwa coping adalah proses dimana individu melakukan usaha untuk mengatur situasi yang dipersepsikan adanya kesenjangan antara usaha dan kemampuan yang dinilai sebagai penyebab munculnya situasi stres.
Fungsi Coping
1. Emotional-Focused Coping
bertujuan untuk melakukan kontrol terhadap respon emosional terhadap situasi penyebab stres, baik dalam pendekatan secara behavioral maupun kognitif. Lazarus dan Folkman (1986) mengemukakan bahwa individu cenderung menggunakan Emotional-Focused Coping ketika individu memiliki persepsi bahwa stresor yang ada tidak dapat diubah atau diatasi.
2. Problem-Focused Coping
bertujuan untuk mengurangi dampak dari situasi stres atau memperbesar sumber daya dan usaha untuk menghadapi stres. Lazarus dan Folkman (1986) mengemukakan bahwa individu cenderung menggunakan Problem-Focused Coping ketika individu memiliki persepsi bahwa stressor yang ada dapat diubah.
Jenis - Jenis Coping
1) Planful problem solving yaitu usaha untuk mengubah situasi, dan menggunakan usaha untuk memecahkan masalah.
2) Confrontive coping yaitu menggunakan usaha agresif untuk mengubah situasi, mencari penyebabnya dan mengalami resiko.
3) Seeking social support yaitu menggunakan usaha untuk mencari sumber dukungan informasi, dukungan sosial dan dukungan emosional.
4) Accepting responsibility yaitu mengakui adanya peran diri sendiri dalam masalah.
5) Distancing yaitu menggunakan usaha untuk melepaskan dirinya, perhatian lebih kepada hal yang dapat meciptakan suatu pandang positif.
6) Escape-avoidance yaitu melakukan tingkah laku untuk lepas atau menghindari.
7) Self-control yaitu menggunakan usaha untuk mengatur tindakan dan perasaan diri sendiri. Positive reappraisal yaitu menggunakan usaha untuk menciptakan hal-hal positif dengan memusatkan pada diri sendiri dan juga menyangkut religiusitas.
Jenis – jenis koping yang konstruktif dan positif.
Jenis-jenis koping yang konstruktif atau positif (sehat) Harmer dan Ruyon (1984) menyebutkan jenis-jenis koping yang dianggap konstruktif: yaitu:
1. Penalaran (reasoning)
Yaitu penggunaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasi bebagai macam alternatif pemecahan masalah dan kemudian memilih salah satu alternate yang dianggap paling menguntungkan. Individu secara sadar mengumpulkan berbagai informasi yang relevan berkaitan dengan persoalan yang dihadapi, kemudian membuat alternatif-alternatif pemecahannya, kemudian memilih alternative yang paling menguntungkan dimana resiko kerugiannya paling kecil dan keuntungan yang diperoleh paling besar.
2. Objektifitas
Yaitu kemampuan untuk membedakan antara komponen-komponen emosional dan logis dalam pemikiran, penalaran maupun tingkah laku. Kemampuan ini juga meliputi kemampuan untuk membedakan antara pikiran-pikiran yang berhubungan dengan persoalan dengan yang tidak berkaitan. Kemampuan untuk melakukan koping jenis objektifitas mensyaratkan individu yang bersangkutan memilki kemampuan untuk mengelola emosinya sehingga individu mampu memilih dan membuat keputusan yang tidak semata didasari oleh pengaruh emosi.
3. Konsentrasi
Yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada persoalan yang sedang dihadapi. Konsentrasi memungkinkan individu untuk terhindar dari pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha untuk memecahkan persoalan yang sedang dihadapi. Pada kenyataannya, justru banyak individu yang tidak mampu berkonsetrasi ketika menghadappi tekanan. Perhatian mereka malah terpecah-pecah dalam berbagai arus pemikiran yang justru membuat persoalan menjadi seakin kabur dan tidak terarah.
4. Penegasan diri (self assertion)
Individu berhadapan dengan konflik emosional yang menjadi pemicu stress dengan cara mengekpresikan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya secara langsung tetapi dengan cara yang tidak memaksa atau memanipulasi orang lain. Menjadi asertif tidak sama dengan tidakan agresi. Sertif adalah menegaskan apa yang dirasakan, dipikirkan oleh individu yang bersangkutan, namun dengan menghormati pemikiran dan perasaan orang lain. Dewasa ini pelatihan-pelatihan dibidang asertifitas mulai banyak dilakukan untuk memperbaiki relasi antar manusia.
5. Pengamatan diri (self observation)
Pengamatan diri sejajar dengan introspreksi, yaitu individu melakukan pengujian secara objektif proses-proses kesadaran sendiri atau mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku, motif, cirri, sifat sendiri, dan seterusnya untuk mendapatkan pemahaman mengenai diri sendiri yang semakin mendalam. Pengamatan diri mengandaikan individu memilki kemampuan untuk melakukan transedensi, yaitu kemampuan untuk membuat jarak antara diri yang diamati dengan diri yang mengamati. Perkembangan kognitif dan latihan-latihan melakukan introspeksi yang dilakukan sejak remaja, akan mempertajam keterampilan untuk melakukan pengamatan diri.
sumber : http://bpi-uinsuskariau3.blogspot.com/2011/03/mekanisme-koping.html
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-teguharfia-5178-3-bab2.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24670/4/Chapter%20II.pdf
Sabtu, 27 April 2013
Teori kepribadia sehat (tulisan 1)
Teori Kepribadian Sehat
Allport
Menurut Allport, faktor utama tingkah lalu orang dewasa yang matang adalah sifat-sifat yang terorganisir dan selaras yang mendorong dan membimbing tingkah laku menurut prinsip otonomi fungsional.
Kualitas Kepribadian yang matang menurut allport sebagai berikut:
1. Ekstensi sense of self
· Kemampuan berpartisipasi dan menikmati kegiatan dalam jangkauan yang luas.
· Kemampuan diri dan minat-minatnya dengan orang lain beserta minat mereka.
· Kemampuan merencanakan masa depan (harapan dan rencana)
2. Hubungan hangat/akrab dengan orang lain
Kapasitas intimacy (hubungan kasih dengan keluarga dan teman) dan compassion (pengungkapan hubungan yang penuh hormat dan menghargai dengan setiap orang)
3. Penerimaan diri
Kemampuan untuk mengatasi reaksi berlebih hal-hal yang menyinggung dorongan khusus (misal : mengolah dorongan seks) dan menghadapi rasa frustasi, kontrol diri, presan proporsional.
4. Pandangan-pandangan realistis, keahlian dan penugasan
Kemampuan memandang orang lain, objek, dan situasi. Kapasitas dan minat dalam penyelesaian masalah, memiliki keahlian dalam penyelesain tugas yang dipilih, mengatasi pelbagai persoalan tanpa panik, mengasihani diri, atau tingkah laku lain yang merusak.
5. Objektifikasi diri: insight dan humor
Kemampuan diri untuk objektif dan memahami tentang diri dan orang lain. Humor tidak sekedar menikmati dan tertawa tapi juga mampu menghubungkan secara positif pada saat yang sama pada keganjilan dan absurditas diri dan orang lain.
6. Filsafat Hidup
Ada latar belakang yang mendasari semua yang dikerjakannya yang memberikan tujuan dan arti. Contohnya lewat agama.
Untuk memahami orang dewasa kita membutuhkan gambaran tujuan dan aspirasinya. Tidak semua orang dewasa memiliki kedewasaan yang matang. Bisa saja seseorang melakukan sesuatu hal tanpa tahu apa yang ia lakukan.
Rogers
Rogers tidak membahas teori pertumbuhan dan perkembangan, namun dia yakin adanya kekuatan tumbuh pada semua orang yang secara alami mendorong proses organisme menjadi semakin kompleks, otonom, sosial, sdan secara keseluruhan semakin aktualisasi diri. Rogers menyatakan bahwa self berkembang secar utuh-keseluruhan, menyentuh semua bagian-bagian. Berkembangnya self diikuti oleh kebutuhan penerimaan positif, dan penyaringan tingkah laku yang disadari agar tetap sesuai dengan struktur self sehingga dirinya berkembang menjadi pribadi yang berfungsi utuh.
Self mempunyai beramacam-macam sifat:
a. Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungannya.
b. Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara yang tidak wajar.
c. Self mengejar keutuhan/kesatuan.
d. Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras dengan self.
e. Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan struktur self diamati sebagai ancaman.
f. Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan dan belajar.
Pribadi yang berfungsi utuh menurut Rogers adalah individu yang memakai kapasitas dan bakatnya, merealisasi potensinya, dan bergerak menuju pemahaman yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang pengalamannya. Rogers menggambarkan 5 ciri kepribadian yang berfungsi sepenuhnya sebagai berikut :
1) terbuka untuk mengalami (openess to experience);
2) hidup menjadi (existential living);
3) keyakinan organismik (organismic trusting);
4) pengalaman kebebasan (experiental freedom);
5) kreativitas (creativity)
Rogers mempunyai konsepsi-konsepsi pokok didalam teorinya, yaitu:
· Organism, yaitu keseluruhan individu
· Medan phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman dan
· Self, yaitu bagian medan phenomenal yang terdeferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”.
Maslow
Kebutuhan Fisiologis
Pada tingkat yang paling bawah, terdapat kebutuhan yang bersifat fisiologik (kebutuhan akan udara, makanan, minuman dan sebagainya) yang ditandai oleh kekurangan (defisi) sesuatu dalam tubuh orang yang bersangkutan. Kebutuhan ini dinamakan juga kebutuhan dasar (basic needs) yang jika tidak dipenuhi dalam keadaan yang sangat estrim (misalnya kelaparan) bisa manusia yang bersangkutan kehilangan kendali atas perilakunya sendiri karena seluruh kapasitas manusia tersebut dikerahkan dan dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya itu. Sebaliknya, jika kebutuhan dasar ini relatif sudah tercukupi, muncullah kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa aman (safety needs).
Kebutuhan Rasa Aman
Jenis kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan jaminan keamanan, stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa diperkirakan, bebas dari rasa takut dan cemas dan sebagainya. Karena adanya kebutuhan inilah maka manusia membuat peraturan, undang-undang, mengembangkan kepercayaan, membuat sistem, asuransi, pensiun dan sebagainya. Sama halnya dengan basic needs, kalau safety needs ini terlalu lama dan terlalu banyak tidak terpenuhi, maka pandangan seseorang tentang dunianya bisa terpengaruh dan pada gilirannya pun perilakunya akan cenderung ke arah yang makin negatif.
Kebutuhan Dicintai dan Disayangi
Setelah kebutuhan dasar dan rasa aman relatif dipenuhi, maka timbul kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai (belongingness and love needs). Setiap orang ingin mempunyai hubungan yang hangat dan akrab, bahkan mesra dengan orang lain. Ia ingin mencintai dan dicintai. Setiap orang ingin setia kawan dan butuh kesetiakawanan, sedangkan orang yang tidak sekolah dan tidak bekerja merasa dirinya pengangguran yang tidak berharga. Kondisi seperti ini akan menurunkan harga diri orang yang bersangkutan.
Kebutuhan Harga Diri
Di sisi lain, jika kebutuhan tingkat tiga relatif sudah terpenuhi, maka timbul kebutuhan akan harga diri (esteem needs). Ada dua macam kebutuhan akan harga diri. Pertama, adalah kebutuhan-kebutuhan akan kekuatan, penguasaan, kompetensi, percaya diri dan kemandirian. Sedangkan yang kedua adalah kebutuhan akan penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, kebanggaan, dianggap penting dan apresiasi dari orang lain. Orang-orang yang terpenuhi kebutuhannya akan harga diri akan tampil sebagai orang yang percaya diri, tidak tergantung pada orang lain dan selalu siap untuk berkembang terus untuk selanjutnya meraih kebutuhan yang tertinggi yaitu aktualisasi diri (self actualization).
Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang terdapat 17 meta kebutuhan yang tidak tersusun secara hirarki, melainkan saling mengisi. Jika berbagai meta kebutuhan tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi seperti apatisme, kebosanan, putus asa, tidak punya rasa humor lagi, keterasingan, mementingkan diri sendiri.
Erich Fromm
manusia adalah makhluk sosial, Kepribadian seseorang merupakan hasil dari proses sosial di dalam masyarakat. Masyarakat yang menjadikan seseorang berkepribadian sehat adalah masyarakat yang hubungan sosialnya sangat manusiawi.
lima watak sosial di dalam masyarakat:
1) Penerimaan (receptive)
2) Penimbunan (hoarding)
3) Penjualan/pemasaran (marketing)
4) Penghisapan/pemerasan (exploitative)
5) Produktif (productive)
5 tipe yang berbeda tentang cinta, yaitu:
1) Cinta persaudaraan
2) Cinta keibuan
3) Cinta erotik
4) Cinta diri
5) Cinta ilahi
menurut Fromm, orang yang berkepribadian sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
* mampu mengembangkan hidupnya sebagai makhluk sosial di dalam masyarakat,
* mampu mencintai dan dicintai,
* mampu mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi kepercayaan itu,
* mampu hidup bersolidaritas dengan orang lain tanpa syarat,
* mampu menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat tanpa merusaknya
* memiliki watak sosial yang produktif.
Sumber : Saleh, Julianto.Jurnal Al Bayan Vol.7 No. 7 Januari – Juni 2003. Hirarki Kebutuhan Maslow Menurut Abraham Maslow : Aplikasi terhadap Klasifikasi Mad’u dalam Proses Dakwah.
http://wardalisa.staff.gunadarma.ac.id
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius
http://perilakuorganisasi.com/teori-hirarki-kebutuhan-abraham-maslow.html
http://r-doc.blogspot.com/2010/07/teori-kepribadian-humanistik-carl.html
Allport
Menurut Allport, faktor utama tingkah lalu orang dewasa yang matang adalah sifat-sifat yang terorganisir dan selaras yang mendorong dan membimbing tingkah laku menurut prinsip otonomi fungsional.
Kualitas Kepribadian yang matang menurut allport sebagai berikut:
1. Ekstensi sense of self
· Kemampuan berpartisipasi dan menikmati kegiatan dalam jangkauan yang luas.
· Kemampuan diri dan minat-minatnya dengan orang lain beserta minat mereka.
· Kemampuan merencanakan masa depan (harapan dan rencana)
2. Hubungan hangat/akrab dengan orang lain
Kapasitas intimacy (hubungan kasih dengan keluarga dan teman) dan compassion (pengungkapan hubungan yang penuh hormat dan menghargai dengan setiap orang)
3. Penerimaan diri
Kemampuan untuk mengatasi reaksi berlebih hal-hal yang menyinggung dorongan khusus (misal : mengolah dorongan seks) dan menghadapi rasa frustasi, kontrol diri, presan proporsional.
4. Pandangan-pandangan realistis, keahlian dan penugasan
Kemampuan memandang orang lain, objek, dan situasi. Kapasitas dan minat dalam penyelesaian masalah, memiliki keahlian dalam penyelesain tugas yang dipilih, mengatasi pelbagai persoalan tanpa panik, mengasihani diri, atau tingkah laku lain yang merusak.
5. Objektifikasi diri: insight dan humor
Kemampuan diri untuk objektif dan memahami tentang diri dan orang lain. Humor tidak sekedar menikmati dan tertawa tapi juga mampu menghubungkan secara positif pada saat yang sama pada keganjilan dan absurditas diri dan orang lain.
6. Filsafat Hidup
Ada latar belakang yang mendasari semua yang dikerjakannya yang memberikan tujuan dan arti. Contohnya lewat agama.
Untuk memahami orang dewasa kita membutuhkan gambaran tujuan dan aspirasinya. Tidak semua orang dewasa memiliki kedewasaan yang matang. Bisa saja seseorang melakukan sesuatu hal tanpa tahu apa yang ia lakukan.
Rogers
Rogers tidak membahas teori pertumbuhan dan perkembangan, namun dia yakin adanya kekuatan tumbuh pada semua orang yang secara alami mendorong proses organisme menjadi semakin kompleks, otonom, sosial, sdan secara keseluruhan semakin aktualisasi diri. Rogers menyatakan bahwa self berkembang secar utuh-keseluruhan, menyentuh semua bagian-bagian. Berkembangnya self diikuti oleh kebutuhan penerimaan positif, dan penyaringan tingkah laku yang disadari agar tetap sesuai dengan struktur self sehingga dirinya berkembang menjadi pribadi yang berfungsi utuh.
Self mempunyai beramacam-macam sifat:
a. Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungannya.
b. Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara yang tidak wajar.
c. Self mengejar keutuhan/kesatuan.
d. Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras dengan self.
e. Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan struktur self diamati sebagai ancaman.
f. Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan dan belajar.
Pribadi yang berfungsi utuh menurut Rogers adalah individu yang memakai kapasitas dan bakatnya, merealisasi potensinya, dan bergerak menuju pemahaman yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang pengalamannya. Rogers menggambarkan 5 ciri kepribadian yang berfungsi sepenuhnya sebagai berikut :
1) terbuka untuk mengalami (openess to experience);
2) hidup menjadi (existential living);
3) keyakinan organismik (organismic trusting);
4) pengalaman kebebasan (experiental freedom);
5) kreativitas (creativity)
Rogers mempunyai konsepsi-konsepsi pokok didalam teorinya, yaitu:
· Organism, yaitu keseluruhan individu
· Medan phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman dan
· Self, yaitu bagian medan phenomenal yang terdeferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”.
Maslow
Kebutuhan Fisiologis
Pada tingkat yang paling bawah, terdapat kebutuhan yang bersifat fisiologik (kebutuhan akan udara, makanan, minuman dan sebagainya) yang ditandai oleh kekurangan (defisi) sesuatu dalam tubuh orang yang bersangkutan. Kebutuhan ini dinamakan juga kebutuhan dasar (basic needs) yang jika tidak dipenuhi dalam keadaan yang sangat estrim (misalnya kelaparan) bisa manusia yang bersangkutan kehilangan kendali atas perilakunya sendiri karena seluruh kapasitas manusia tersebut dikerahkan dan dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya itu. Sebaliknya, jika kebutuhan dasar ini relatif sudah tercukupi, muncullah kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa aman (safety needs).
Kebutuhan Rasa Aman
Jenis kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan jaminan keamanan, stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa diperkirakan, bebas dari rasa takut dan cemas dan sebagainya. Karena adanya kebutuhan inilah maka manusia membuat peraturan, undang-undang, mengembangkan kepercayaan, membuat sistem, asuransi, pensiun dan sebagainya. Sama halnya dengan basic needs, kalau safety needs ini terlalu lama dan terlalu banyak tidak terpenuhi, maka pandangan seseorang tentang dunianya bisa terpengaruh dan pada gilirannya pun perilakunya akan cenderung ke arah yang makin negatif.
Kebutuhan Dicintai dan Disayangi
Setelah kebutuhan dasar dan rasa aman relatif dipenuhi, maka timbul kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai (belongingness and love needs). Setiap orang ingin mempunyai hubungan yang hangat dan akrab, bahkan mesra dengan orang lain. Ia ingin mencintai dan dicintai. Setiap orang ingin setia kawan dan butuh kesetiakawanan, sedangkan orang yang tidak sekolah dan tidak bekerja merasa dirinya pengangguran yang tidak berharga. Kondisi seperti ini akan menurunkan harga diri orang yang bersangkutan.
Kebutuhan Harga Diri
Di sisi lain, jika kebutuhan tingkat tiga relatif sudah terpenuhi, maka timbul kebutuhan akan harga diri (esteem needs). Ada dua macam kebutuhan akan harga diri. Pertama, adalah kebutuhan-kebutuhan akan kekuatan, penguasaan, kompetensi, percaya diri dan kemandirian. Sedangkan yang kedua adalah kebutuhan akan penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, kebanggaan, dianggap penting dan apresiasi dari orang lain. Orang-orang yang terpenuhi kebutuhannya akan harga diri akan tampil sebagai orang yang percaya diri, tidak tergantung pada orang lain dan selalu siap untuk berkembang terus untuk selanjutnya meraih kebutuhan yang tertinggi yaitu aktualisasi diri (self actualization).
Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang terdapat 17 meta kebutuhan yang tidak tersusun secara hirarki, melainkan saling mengisi. Jika berbagai meta kebutuhan tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi seperti apatisme, kebosanan, putus asa, tidak punya rasa humor lagi, keterasingan, mementingkan diri sendiri.
Erich Fromm
manusia adalah makhluk sosial, Kepribadian seseorang merupakan hasil dari proses sosial di dalam masyarakat. Masyarakat yang menjadikan seseorang berkepribadian sehat adalah masyarakat yang hubungan sosialnya sangat manusiawi.
lima watak sosial di dalam masyarakat:
1) Penerimaan (receptive)
2) Penimbunan (hoarding)
3) Penjualan/pemasaran (marketing)
4) Penghisapan/pemerasan (exploitative)
5) Produktif (productive)
5 tipe yang berbeda tentang cinta, yaitu:
1) Cinta persaudaraan
2) Cinta keibuan
3) Cinta erotik
4) Cinta diri
5) Cinta ilahi
menurut Fromm, orang yang berkepribadian sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
* mampu mengembangkan hidupnya sebagai makhluk sosial di dalam masyarakat,
* mampu mencintai dan dicintai,
* mampu mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi kepercayaan itu,
* mampu hidup bersolidaritas dengan orang lain tanpa syarat,
* mampu menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat tanpa merusaknya
* memiliki watak sosial yang produktif.
Sumber : Saleh, Julianto.Jurnal Al Bayan Vol.7 No. 7 Januari – Juni 2003. Hirarki Kebutuhan Maslow Menurut Abraham Maslow : Aplikasi terhadap Klasifikasi Mad’u dalam Proses Dakwah.
http://wardalisa.staff.gunadarma.ac.id
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius
http://perilakuorganisasi.com/teori-hirarki-kebutuhan-abraham-maslow.html
http://r-doc.blogspot.com/2010/07/teori-kepribadian-humanistik-carl.html
Pengertian Stress (tulisan 2)
Apa
itu stress ??
Stres dalam arti secara
umum adalah perasaan tertekan, cemas dan tegang.
Menurut Lazarus &
Folkman (1986) stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan
oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial
yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi
kemampuan individu untuk mengatasinya. Stres juga adalah suatu
keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis ( Chapplin,
1999).
Stres juga suatu istilah
yang digunakan dalam ilmu perilaku dan ilmu alam untuk
mengindikasikan situasi atau kondisi fisik, biologis dan psikologis
organisme yang memberikan tekanan kepada organisme itu sehingga ia
berada diatas ambang batas kekuatan adaptifnya. (McGrath, dan Wedford
dalam Arend dkk, 1997).
Menurut Lazarus &
Folkman (1986) stres memiliki memiliki tiga bentuk yaitu:
1. Stimulus, yaitu
stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stres
atau disebut juga dengan stressor.
2. Respon, yaitu stres
yang merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena
adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul
dapat secara
psikologis, seperti: jantung berdebar, gemetar, pusing, serta respon
psikologis seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi, dan mudah
tersinggung.
3. Proses, yaitu stres
digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat
mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi
maupun
afeksi.
Berdasarkan berbagai
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa stres merupakan mekanisme
yang kompleks dan menghasilkan respon yang saling terkait baik
fisiologis, psikologis, maupun perilaku pada individu yang
mengalaminya, dimana mekanisme tersebut bersifat individual yang
sifatnya berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain.
Arti
Penting Stres
A. aspek Fisiologis
Selye (dalam Sarafino,
2006) mengembangkan istilah General Adaptation Syndrome (GAS) yang
terdiri atas rangkaian tahapan reaksi fisiologis terhadap stressor
yaitu:
1. Fase reaksi yang
mengejutkan ( alarm reaction ) :
fase ini merupakan
pertanda awal orang terkena stres.individu secara fisiologis
merasakan adanya ketidakberesan seperti jantungnya berdegup, keluar
keringat dingin,
muka pucat, leher
tegang.
2. Fase perlawanan (Stage
of Resistence ) :
fase ini tubuh membuat
mekanisme perlawanan pada stres, sebab tubuh dapat mengalami
disfungsi, bila stres dibiarkan
berlarut-larut. Selama
masa perlawanan tersebut, tubuh harus cukup tersuplai oleh gizi yang
seimbang, karena tubuh sedang melakukan kerja keras.
3. Fase Keletihan ( Stage
of Exhaustion ) :
fase ini orang sudah
tak mampu lagi melakukan perlawanan. Akibat yang parah bila seseorang
sampai pada fase ini adalah penyakit yang dapat menyerang bagian –
bagian tubuh yang
lemah.
B. Aspek psikologis
1. Emosi : emosi
cenderung berkaitan erat bersama stress, individu menggunakan keadaan
emosionalnya untuk mengevaluasi stres dan pengalaman emosional
(Maslach,
Schachter & Singer, dalam Sarafino, 2006). Reaksi emosional
terhadap
stres yaitu rasa takut,
phobia, kecemasan, depresi, perasaan sedih dan marah.
2. Kognisi : Cohen
menyatakan bahwa stres dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam
aktifitas kognitif.
3. Perilaku Sosial :
Stres dapat mengubah perilaku individu terhadap orang lain. Individu dapat
berpilaku
menjadi positif dan
negatif (dalam Sarafino, 2006).
Efek-efek
stress menurut Hans & Selye
Menurut Hans Selye, ahli
endokrinologi terkenal di awal 1930, tidak semua jenis stres yang
merugikan, ia datang dengan eustress dan kesusahan.a didefinisikan
distres menjadi sesuatu yang sebaliknya dan ditandai dengan tekanan
fisik dan psikologis yang parah yang mengganggu kesehatan umum. Efek
fisiologis dari stres pada tubuh meliputi:
- Nyeri dada
- Insomnia atau tidur
masalah
- Nyeri kepala Konstan
- Hipertensi
Stres dikatakan menjadi
sebuah faktor penunjang untuk produksi suatu penyakit tertentu, atau
mungkin menjadi penyebab respon perilaku negatif, seperti merokok,
minum alkohol dan penyalahgunaan narkoba yang semuanya dapat membuat
kita rentan terhadap penyakit dan mempengaruhi sistem kekebalan
tubuh.
Faktor individual &
sosial yang menjadi penyebab stres
A. Faktor sosial.
kegiatan
sehari-hari juga berpengaruh terhadap kesehatan jiwa, seperti
kecemasan dan
1. Dukungan
emosional, seperti rasa dikasihi
2. Dukungan nyata,
seperti bantuan atau jasa
3. Dukungan
informasi, misalnya nasehat dan keterangan mengenai masalah tertentu.
B. Faktor Individual.
Individu
menemukan stresspr dalam lingkungannya, terdapat dua karakteristik
pada stresor tersebut yang akan mempengaruhi reaksinya terhadap
stresor itu yaitu:
Berapa lamanya
(duration) ia harus menghadapi stresor itu dan berapa terduganya
stresor itu (predictability).
Sumber
: Rochman,
K.L. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto. Fajar Media Press
Tipe
– tipe stress psikologis
Menurut
Maramis (1990) ada empat tipe stress psikologis, yaitu:
1.
Frustasi
Frustasi
muncul karena adanya kegagalan saat ingin mencapai suatu hal/tujuan.
Orang
yang memiliki tujuan tersebut mendapat beberapa rintangan/hambatan
yang tidak mampu ia lalui sehingga ia mengalami kegagalan atau
frustasi. Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan
kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian
orang yang dicintai, krisis ekonomi, pengangguran, perselingkuhan,
dan lain-lain.
2.
Konflik
Konflik
ditimbulkan karena ketidakmampuan memilih dua atau lebih macam
keinginan, kebutuhan, atau tujuan. Saat seseorang dihadapkan dalam
situasi yang berat untuk dipilih, orang tersebut akan mengalami
konflik dalam dirinya. Bentuk konflik digolongkan menjadi tiga
bagian, approach-approach conflict, approach-avoidant conflict,
avoidant-avoidant conflict.
3.
Tekanan
Tekanan
dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma
yang terlalu tinggi sehingga menimbulkan tekanan dalam diri
seseorang. Tekanan juga berasal dari luar diri individu, tekanan pun
timbul dari tuntutan hidup sehari-hari.
4.
Kecemasan
Kecemasan
merupakan suatu kondisi ketika individu merasakan kekhawatiran/
kegelisahan, ketegangan, dan rasa tidak nyaman yang tidak terkendali
mengenai kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang buruk.
Sumber
:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24670/4/Chapter%20II.pdf
Pendekatanproblem
solving terhadap stress
Selain
mekanisme pertahanan diri yang digunakan untuk mengatasi serta
mengurangi stress yang timbul karena adanya stressor, individu dapat
juga menggunakan berbagai strategi coping yang spontan untuk
mengatasi stress “minor”.
Startegi
coping yang spontan mengatasi stress
Coping
strategy merupakan koping yang digunakan individu secara sadar dan
terarah dalam mengatasi sakit atau stressor yang dihadapinya. Metode
koping bisa diperoleh dari proses belajar dan beberapa relaksasi.
Jika individu menggunaan strategi koping yang efektif dan cocok
dengan stressor yang dihadapinya, stressor tersebut tidak akan
menimbulkan sakit (disease), tetapi stressor tersebut akan menjadi
suatu stimulan yang memberikan wellness dan prestasi.Untuk mengatasi
stres “minor”, individu dapat melakukan berbagai macam koping
spontan dan sederhana. Biasanya jika tingkat stres yang dirasakan
individu cukup parah, peranan obat/medikasi sangat membantu.
Namun
terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan di saat stres juga tidak baik
pengaruhnya bagi kesehatan fisik.Ada beberapa teknik terapi yang
dicobakan untuk mengatasi stres. Biofeedbacknadalah suatu teknik
untuk mengetahui bagian tubuh mana yang terkena stres dan kemudian
belajar untuk menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat
yang cukup rumit, gunanya sebagai feedback atau umpan balik terhadap
bagian tubuh tertentu. Biofeedback kurang efektif untuk digunakan
secara praktis.
Untuk
mengatasi stres minor, individu dapat mengatur istirahat yang cukup
dan olah raga yang teratur, strategi yang paling ampuh untuk
mengurangi stres yang dirasakan. Dengan mengubah pikiran negatif
menjadi positif orang bisa merasa lebih baik dalam menghadapi
stressornya. Orang juga merasa ikhlas dalam menjalani setiap masalah
yang akan terus ada dalam hidupnya.
Strategi
koping yang berhasil mengatasi stres harus memiliki empat komponen
pokok:
Peningkatan
kesadaran terhadap masalah: mengetahui dan memahami masalah serta
teori yang melatarbelakangi situasi yang tengah berlangsung.
1.Peningkatan
kesadaran terhadap masalah: mengetahui dan memahami masalah serta
teori yang melatarbelakangi situasi yang tengah berlangsung.
2.
Pengolahan informasi: suatu pendekatan dengan cara mengalihkan
persepsi sehingga ancaman yang ada akan diredam. komponen ini
meliputi pengumulan informasi dan pengkajian sumber daya yang ada
untuk memecahkan masalah.
3.
Pengubahan perilaku: suatu tindakan yang dipilih secara sadar dan
bersifat positif, yang dapat meringankan, meminimalkan, atau
menghilangkan stressor
4
. Resolusi damai: suatu perasaan bahwa situasi telah berhasil di
atasi.
Sumber
: Rochman,
K.L. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto. Fajar Media Press
Langganan:
Postingan (Atom)